Kamis, 20 Juni 2013

SIG & RDBMS

Model Basis Data Relasional
Relational Database Management System adalah model basis data yang banyak digunakan, dalam hal ini karena model basis data relasional memiliki keunggulan-keunggulan, seperti:
  •  Model relasional merupakan model data yang lengkapa secara matematis
  • Model relasional memiliki teori-teori yang solid utuk mendukung:
1) Accessibility: bahasa query khusus yang query nya dapat dikompilasi, dieksekusi, dan dioptimasikan tanpa harus menggunaka bahasa pemograman.
2) Correctness: semantik aljabar relasionalnya jelas dan lengkap
3) Predyctabelity: semantik yang konsisten memudahkan para penggunanya untuk   mengantisipasiatau memperkirakan hasil-hasil queries yang diberikan.
  • Fleksibelitas tinggi: model relasional secara jelas dapat memisahkan model fisik dan model logikanya, sehingga dengan adanay decoupling (mengurangi ketergantungan antara komponen sistem) ini fleksibelitanya dapat ditingkatkan.
  •  Integritas: batasan ini sangat berguna di dalam memastikan bahwa perubahan struktur- struktur data/tabel tidak mengganggu keutuhan relasi-relasi yang terdapat di dalam basis datanya.
  • Multiple views: model relasional dapat menyajikan secara langsung (beberapa) view yang berbeda dari (tabel-tabel) basis data yang sama untuk para pengguna yang berbeda.
  • Concurrency : hampir semua teori megenai pengendalian transaksi simultan yang telah ada dibuat berdasarkan teori formalisme milik model relasional.

  • MODEL BASIS DATA RELASIONAL DI DALAM SIG
                Pengimplementasian basis data relasional pada umumnya didasarkan pada model data hybrid atau terintegrasi.

    a)      Model Data Hybrid
    Langkah awal pada pendekatan ini adalah pemahaman adanya dugaan atau pendapat bahwa mekanisme penyimpanan data yang optimal untuk informasi lokasi (data spasial atau koordinat-koordinat) di satu sisi, akan menyebabkan tidak optimalnya penyimpanan bagi informasi non-spasial di sisi yang lain. Maka berdasarkan pendapat ini, data kartografis (koordinat-koordinat) dijital disimpan dalam sekumpulan file dengan sistem operasi direct acsess untuk meningkatkan kecepatan proses input-output, sementara itu, data atributnya akan disimpan di dalam format DBMS relasional standar. Dengan demikian perangkat lunak SIG akan bertugas sebagai pengelola hubungan antara data spasial dan tabel-tabel atributnya yang berformat DBMS ini selama operasi-operasi pemrosesan atu analisis data peta berlangsung. Sementara digunakan beberapa pendekatan yang berbeda dalam mekanisme penyimpanan data spasialnya, mekanisme yang dipakai untuk meggabungkan data spasial (layer) dengan tave-tabel atributnya tetap sama, yaitu dengan mendefenisikan nomor pengenal (ID) sebagai atribut kunci yang unik pada unsur spasialnya dan kemudian menempatkannya pula di dalan tabel atrubut hingga memungkinkannya tetap saling terkait dalam usaha membentuk informasi yang utuh.

    b)      Model Data Terintegrasi
    Pendekatan model data terintegrasi dapat dideskripsikan sebagai pendekatan sistem pengolahan basis data spasial, dengan SIG yang bertindak sebagai query processor. Kebanyakan implementasinya hingga sekarang ini adalah bentuk topologi vektor dengan tabel-tabel rasional yang menyimpan data koordinat-kordinat unsur-unsur peta (titik, nodes, segmen garis, dan lain sebagainya) bersama dengan tabel-tabel lain yang berisi data topologi. Dengan model data SIG yang terintegrasi (spasial-atribut), terdapat sejumlah karakteristik yang khusus pada data spasial sebagai implikasi dari penggunaanya.dari sudut pandang basis data, adalah memungkinkan untuk menyimpan baik data koordinat-koordinat maupun data mengenai topologi yang diperlukan untuk mengelompokkan elemen-elemen kartografis dijital dengan menggunakan perancangan yang didasarkan pada bentuk normal Boyce Codd (BCNF).