Rabu, 12 Oktober 2011

Perkembangan Ekonomi di Indonesia.


Krisis nilai tukar rupiah telah menurunkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Merosotnya pertumbuhan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari masalah kondisi usaha swasta yang semakin lambat kinerjanya. Vaktor yang saling berkaitan lainnya adalah beban pembayaran hutang luar negeri yang semakin membengkak seiring dengan menurunnya rupiah dan makin tinggi tingkat bunga bank mengakibatkan kerusakan dalam sistem perekonomian di Indonesia.
Memasuki diawal tahun 2000, perekonomian di Indonesia dilanda optimisme yang cukup tinggi dalam pemulihannya di mana proses pemulihan ekonomi yang telah mulai berjalan sejak triwulan III tahun 1999 terus berlangsung. Namun demikian, sejumlah permasalahan mendasar dan faktor ketidakpastian masih berlanjut dan menjadi kendala bagi proses pemulihan ekonomi secara lebih cepat dan berkelanjutan. Secara mikro, masih banyaknya kendala yang membatasi percepatan investasi swasta, baik dari dalam maupun luar negeri, menimbulkan kekhawatiran akan kesinambungan pemulihan ekonomi. Ekspansi kredit perbankan masih relatif terbatas meskipun secara umum kondisi perbankan telah membaik. Kemajuan dalam proses restrukturisasi utang perusahaan dan utang luar negeri swasta juga belum secepat yang diharapkan, sehingga perusahaan-perusahaan yang  mengalami kredit macet belum dapat bergerak secara leluasa. Di samping itu, belum terjaminnya keamanan, belum adanya  penegakan hukum yang memadai, dan adanya ketidakpastian dalam peraturan, termasuk dalam kaitannya dengan akan dimulainya pelaksanaan desentralisasi pada tahun 2001, telah mendorong para pelaku usaha untuk menunda peningkatan kegiatan usaha dan investasi.
Setelah berjalan kita bandingkan dengan keadaan perekonomian Indonesia tahun 2011. Menginjak kuartal terakhir 2010, ada nafas optimis yang berhembus dalam rongga perekonomian Indonesia. Harian The New York Times, edisi 5 Agustus 2010 mengatakan Indonesia adalah sebuah model ekonomi, setelah mengalami krisis lebih dari sepuluh tahun. Sementara Financial Times (12/08/2010) mengibaratkan, perekonomian Indonesia adalah macan yang tengah terbangun. Sementara pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 ditargetkan mencapai 6% . Presiden menyatakan target itu akan dirumuskan ke dalam sebuah rencana induk. Perumusan itu dilakukan dengan memperlajari kesuksesan Negara lain yang di relasikan dengan pengalaman Indonesia.  Negara yang dijadikan contoh yaitu, cina dan Korea Selatan .
Menurut Presiden, Indonesia dapat mempelajari pengalaman Tiongkok pada masa pemerintahan Deng Xiao Ping dalam melaksanakan reformasi tahun 1978 dan dilanjutkan pemimpin berikutnya .  Saat itu, Tiongkok berubah menjadi ekonomi raksasa dunia.  Kebijakan yang diambil Tiongkok pada masa itu, membangun area spesial ekonomi yang menjadi model pembangunan ekonomi Tiongkok .
Secara umum, prospek perekonomian Indonesia tahun 2011 sangat menjanjikan. Dan dengan demikian, potensi untuk memperolah gelar investment grade bukanlah hal yang mustahil atau mimpi belaka. Tetapi, tetap saja ada persoalan-persoalan yang harus segera diatasi. Dan jika tidak, kita berpotensi akan kehilangan kesempatan untuk kesekian kalinya di berbagai bidang. Jika pemerintah gagal mendinamisir sektor produksi, melalui peningkatan kapasitas investasi riil, dikuatirkan potensi investment grade yang sudah di depan mata juga tidak bisa diraih. Lembaga pemeringkat tentu tidak bisa dikelabui dengan menutup fakta-fakta riil di lapangan. Kalaupun sekarang modal asing masuk deras, itu bukan semata-mata karena alasan fundamental ekonomi domestik, tetapi juga faktor eksternal. Pemulihan ekonomi global yang terus berlangsung tentu menjadi salah satu alasan untuk mencapai angka 6,6% tersebut. Dampak dari pemulihan ekonomi global tentunya akan terjadi perbaikan kinerja ekspor dan belanja pemerintah yang bertambah. Hal tersebut akan menjadi  penopang pertumbuhan ekonomi 2011.